Ah, siang hari ini sungguh sangat panas....
Walaupun udara gunung terasa sejuk, namun persoalan yang tadi pagi mendera dalam kepalaku tidak membuat otak ku menjadi sejuk. Yach, panas tetap saja panas....
Percuma kubilang pada kalian... Kuping kalian seolah-olah tuli, mulut kalian sudah bisu dengan kemewahan saudara-saudara kalian, mata kalian buta terhadap penderitaan kalian dan hati kalian telah beku untuk menerima masukan dari siapapun.
Apapun yang aku lakukan disini tetaplah salah di mata kalian, mungkin awalnya aku salah memilih keluarga ini sebagai tempat untuk berlabuh. Ternyata kalian tidak jauh lebih baik daripada keluarganya yang dulu, justru di sisi lain, kalian bahkan jauh lebih buruk...
Aku ingin mandiri, kalian bilang jangan dengan alasan-alasan yang tak jelas... Aku ingin pisah rumah pun kalian melarang dengan alasan anak ku masih terlalu kecil. Tinggal di rumah kalian pun aku tak lebih dari kacung yang selalu mencari uang dan habis untuk dihambur-hamburkah...
Kalian tak pernah berfikir bahwa kedua anakku disana tidak pernah mendapatkan kasih sayang ayahnya, tidak pernah merasakan nikmatnya dibelikan makanan oleh ayahnya, tidak pernah merasakan jalan-jalan bersama ayahnya.... Kalian tidak pernah berfikir kesana, yang ada di otak kalian hanyalah berfikir dengan menggunakan materi dan materi.
Sial... menyesal aku mengenal kalian. Andaikata waktu bisa berputar untuk dua tahun kebelakang, mungkin aku tidak akan memilih untuk menjadikan keluarga ini sebagai tempat persinggahanku.
Mungkin aku akan lebih memilih untuk menduda daripada harus menjadi suami tetapi hanya menjadi sapi perah yang tidak punya masa depan.
Apa yang aku punya sekarang?????
Gaji yang kudapat perbulan seharusnya lebih dari cukup hanya untuk menghidupi satu orang istri dan satu orang anak kecil, tapi apa nyatanya? Setiap bulan, aku tidak pernah menyisihkan seribu rupiah pun untuk masa depan anakku.. Yang ada, uangku habis untuk memfasilitasi kalian. Uangku habis untuk menopang hidup kalian yang kalian sendiri tidak sanggup untuk menopangnya.
Kalian lebih memilih berak di rumah orang daripada harus menyisihkan uang untuk membangun kamar mandi. Kalian lebih memilih membeli lemari dah kasur mahal daripada harus menyisihkan uang dan memperbaiki rumah kalian...
Mana buktinya.....mana?? Mana saudara-saudara yang kalian puja-puja, mana harta nenek moyang yang kalian banggakan? Mana????
Yang ada kalian hanya hidup dari kesakitan orang lain. Tak lebih daripada sampah yang tinggal menunggu waktu untuk hancur. Tak pernah sekalipun kalian berfikir bahwa anak kalian akan menjadi seorang gadis, tak pernah sekalipun kalian berfikir bahwa cucu kalian akan menjadi seorang gadis dewasa.
Yang ada di benak kalian hanyalah makan, tidur dan berak. Tak sekalipun kalian berfikir bahwa bagaimana cara kalian bertahan tanpa ada orang lain yang menopang.... Sembilan bulan aku tinggal di rumah ini, sembilan bulan kurasakan sebagai neraka....
Tak ada kedamaian, tak ada ketenangan... selalu ada jarak antara aku dan kalian... Tak pernah sekalipun aku melibatkan diri dalam obrolan kalian... Dan tak sekalipun kalian ku ijinkan untuk terlibat dalam urusan rumah tanggaku... Tapi yang ada, kalian selalu saja mencampuri urusan rumah tangga orang.
Kalian selalu saja ingin tahu apa saja yang ada dalam rumah tangga ku. Huaaah, penat aku melihat muka-muka masam yang berpura-pura baik di depanku. Muak aku melihat gaya seorang ABG yang eksis dengan Handphone pinjaman dan Mual aku melihat seorang lelaki yang selalu membicarakan harta milyaran padahal di depannya hanya ada segelas kopi dan sebatang rokok...
Semua yang kalian bilang tak lain hanyalah dongeng...dongeng yang harusnya kalian ceritakan pada anak berusia 5 tahun untuk menidurkannya. Hidup ini bukanlah dongeng, hidup ini haruslah penuh dengan perjuangan dan kerja keras.
No Pain, No Gain....Jika kalian tidak sanggup untuk hidup...mati sajalah kalian. Atau biarkan kami hidup dalam sangkar kami sendiri, biarkan kami lepas dari kurungan besi ini... Jangan pernah ikut campur apa yang ada dalam rumah tangga kami.
Walaupun udara gunung terasa sejuk, namun persoalan yang tadi pagi mendera dalam kepalaku tidak membuat otak ku menjadi sejuk. Yach, panas tetap saja panas....
Percuma kubilang pada kalian... Kuping kalian seolah-olah tuli, mulut kalian sudah bisu dengan kemewahan saudara-saudara kalian, mata kalian buta terhadap penderitaan kalian dan hati kalian telah beku untuk menerima masukan dari siapapun.
Apapun yang aku lakukan disini tetaplah salah di mata kalian, mungkin awalnya aku salah memilih keluarga ini sebagai tempat untuk berlabuh. Ternyata kalian tidak jauh lebih baik daripada keluarganya yang dulu, justru di sisi lain, kalian bahkan jauh lebih buruk...
Aku ingin mandiri, kalian bilang jangan dengan alasan-alasan yang tak jelas... Aku ingin pisah rumah pun kalian melarang dengan alasan anak ku masih terlalu kecil. Tinggal di rumah kalian pun aku tak lebih dari kacung yang selalu mencari uang dan habis untuk dihambur-hamburkah...
Kalian tak pernah berfikir bahwa kedua anakku disana tidak pernah mendapatkan kasih sayang ayahnya, tidak pernah merasakan nikmatnya dibelikan makanan oleh ayahnya, tidak pernah merasakan jalan-jalan bersama ayahnya.... Kalian tidak pernah berfikir kesana, yang ada di otak kalian hanyalah berfikir dengan menggunakan materi dan materi.
Sial... menyesal aku mengenal kalian. Andaikata waktu bisa berputar untuk dua tahun kebelakang, mungkin aku tidak akan memilih untuk menjadikan keluarga ini sebagai tempat persinggahanku.
Mungkin aku akan lebih memilih untuk menduda daripada harus menjadi suami tetapi hanya menjadi sapi perah yang tidak punya masa depan.
Apa yang aku punya sekarang?????
Gaji yang kudapat perbulan seharusnya lebih dari cukup hanya untuk menghidupi satu orang istri dan satu orang anak kecil, tapi apa nyatanya? Setiap bulan, aku tidak pernah menyisihkan seribu rupiah pun untuk masa depan anakku.. Yang ada, uangku habis untuk memfasilitasi kalian. Uangku habis untuk menopang hidup kalian yang kalian sendiri tidak sanggup untuk menopangnya.
Kalian lebih memilih berak di rumah orang daripada harus menyisihkan uang untuk membangun kamar mandi. Kalian lebih memilih membeli lemari dah kasur mahal daripada harus menyisihkan uang dan memperbaiki rumah kalian...
Mana buktinya.....mana?? Mana saudara-saudara yang kalian puja-puja, mana harta nenek moyang yang kalian banggakan? Mana????
Yang ada kalian hanya hidup dari kesakitan orang lain. Tak lebih daripada sampah yang tinggal menunggu waktu untuk hancur. Tak pernah sekalipun kalian berfikir bahwa anak kalian akan menjadi seorang gadis, tak pernah sekalipun kalian berfikir bahwa cucu kalian akan menjadi seorang gadis dewasa.
Yang ada di benak kalian hanyalah makan, tidur dan berak. Tak sekalipun kalian berfikir bahwa bagaimana cara kalian bertahan tanpa ada orang lain yang menopang.... Sembilan bulan aku tinggal di rumah ini, sembilan bulan kurasakan sebagai neraka....
Tak ada kedamaian, tak ada ketenangan... selalu ada jarak antara aku dan kalian... Tak pernah sekalipun aku melibatkan diri dalam obrolan kalian... Dan tak sekalipun kalian ku ijinkan untuk terlibat dalam urusan rumah tanggaku... Tapi yang ada, kalian selalu saja mencampuri urusan rumah tangga orang.
Kalian selalu saja ingin tahu apa saja yang ada dalam rumah tangga ku. Huaaah, penat aku melihat muka-muka masam yang berpura-pura baik di depanku. Muak aku melihat gaya seorang ABG yang eksis dengan Handphone pinjaman dan Mual aku melihat seorang lelaki yang selalu membicarakan harta milyaran padahal di depannya hanya ada segelas kopi dan sebatang rokok...
Semua yang kalian bilang tak lain hanyalah dongeng...dongeng yang harusnya kalian ceritakan pada anak berusia 5 tahun untuk menidurkannya. Hidup ini bukanlah dongeng, hidup ini haruslah penuh dengan perjuangan dan kerja keras.
No Pain, No Gain....Jika kalian tidak sanggup untuk hidup...mati sajalah kalian. Atau biarkan kami hidup dalam sangkar kami sendiri, biarkan kami lepas dari kurungan besi ini... Jangan pernah ikut campur apa yang ada dalam rumah tangga kami.