Tempat Sharing Tutorial Blog, Download Movie & Software Gratis

Antara Israel, SBY dan Pisang Goreng

Share on :
Ratusan...mungkin ribuan aktifis turun ke jalan menyerukan kebebasan bagi Palestina pasca penyerangan Kapal pengangkut bahan pangan ke Gaza, pada Minggu, 1 Juni 2010 kemarin. Belum lagi ribuan media massa baik media cetak maupun media elektronik ikut menyuarakan berita dengan topik yang sama.



Demikian juga dengan negara-negara muslim, seperti Iran, Yordan dan Mesir. Bahkan Menteri Perdagangan Luar Negeri Turki Zafer Jaglayan menyatakan akan memutuskan hubungan dagang akibat pembantaian berdarah yang dilakukan Israel terhadap Kapal pengangkut bantuan tersebut, sedangkan Iran sendiri berencana untuk menarik Duta Besarnya dari Israel dalam waktu dekat ini.



Indonesia pun tidak mau kalah, walaupun secara resmi SBY belum mengeluarkan pernyataan, tetapi Menteri Luar Negeri Indonesia secara resmi sudah mengeluarkan pernyataan dengan Mengutuk segala tindakan “Terhadap Penyergapan dan Aksi Kekerasan Israel terhadap Kapal Mavi Marmara” yang resmi dikeluarkan pada tanggal 31 Mei 2010 kemarin.

Tindakan yang diambil pemerintah Indonesia, dalam hal ini SBY mungkin terbilang lamban, karena sekarang yang dibutuhkan bukan hanya mengutuk dan berkoar-koar di media massa ataupun elektronik dengan mengumumkan berita penyesalan, melainkan SBY selaku pemimpin Negara Indonesia yang masyarakatnya mayoritas muslim harusnya lebih melakukan pendekatan kepada seluruh pemimpin Negara Muslim untuk bersatu dan mengganyang Israel.



Sedangkan dari elemen masyarakat sendiri, ratusan aktifis dari berbagai Organisasi dan Lembaga bersama-sama menyusun barisan dan berdemo di depan Kedubes Amerika Serikat ke-esokan harinya dan menuntut pemerintah Indonesia untuk tegas menghadapi persoalan ini.



Ditengah-tengah sibuknya dan ramainya para aktifis yang meyuarakan aspirasi mereka, tampak seorang lelaki tua yang sedang sibuk pula menghindari kerumunan masa yang berjejal mendesak ke depan. Lelaki tua itu sibuk bukan karena dia termasuk dalam aktifis pembela Palestina, melainkan sibuk untuk menjajakan pisang goreng dagangannya.



Lelaku tua yang kemudian diketahui bernama Somad itu mengaku bahwa dia sering datang kesini setiap kali ada unjuk rasa dan demonstrasi, adapun tujuan dia datang ke tempat ini bukan untuk ikut-ikutan berdemo, melainkan untuk mempertahankan hidupnya dan keluarganya dengan cara berdagang pisang goreng dan minuman. Sedangkan dia sendiri sama sekali tidak mengetahui motif apa yang rata-rata mereka aspirasikan di tempat ini, yang dia tahu hanyalah apabila orang berkumpul di tempat ini berarti ada unjuk rasa ataupun demonstrasi.



Sungguh ironis memang, disaat kita berteriak-teriak meng-aspirasikan pendapat dan suara kita tentang kebebasan suatu negara, di satu sisi lain kita melihat ada orang yang juga ikut berteriak-teriak menyerukan kebebasan dari belenggu kemiskinan dan kemelaratan, seperti tukang pisang goreng tadi.



Dan kita tahu bahwa jumlah Penyandang Kesejahteraan Sosial Masyarakat atau PKSM di Indonesia semakin tahun bukan semakin berkurang melainkan semakin bertambah. Bahkan di tempat tinggal penulis sendiri (Banten), laporan PKSM ini melonjak hingga 8% dari tahun 2009 ke tahun 2010, seperti yang dikutip dari ucapan Bapak Drs. Hidayatullah, M.Si yang kini menjadi salah satu pengurus ORSOS (Organisasi Sosial) di wilayah Serang serta salah satu pembina di Universitas Tirtayasa Serang Banten.



Lalu, siapa yang salah dalam hal ini? Pemerintah kah? Para pejabat dan pengusaha-kah? Atau justru dari kalangan masyarakat sendiri? Dan Apakah ini hasil dari Demokrasi Pancasila yang selalu kita agung-agungkan? Apakah seperti ini Pengamalan Sila ke – 4 dalam Pancasila yang selalu di gaungkan seluruh Instansi Pemerintah dan sekolah-sekolah pada hari Senin pagi saat melakukan upacara pagi? Ataukah ini hanyalah sebuah simbol-simbol dan doktrinitas yang sengaja di buat untuk menutupi segala kebejatan dan kebusukan yang selama ini terjadi di masyarakat.



Bagaimanapun juga, istilah DEMOKRASI dan PANCASILA yang selalu kita anut sejak SD itu adalah pandangan hidup dan ideologi yang gagal total. Sistem Demokrasi Pancasila yang secara tidak langsung men-Tuhankan rakyat adalah sebuah produk usang yang harus digantikan dengan sistem dan tatanan baru yang lebih menyuarakan Rakyat Marginal. Dan apapun sistem yang menggantikan, selama hukumnya masih bisa di amandemen dan dirubah sesuai dengan selera penguasa tidak akan menjadi solusi terbaik buat rakyat Indonesia pada umumnya.



Karena itu, marilah segenap Rakyat Indonesia bersatu dengan menegakkan hukum yang se-adil-adilnya, hukum Mutlak, hukum yang Absolute dan tidak bisa di rubah-rubah, hukum yang tidak bisa di amandemen, hukum yang sudah jelas terbukti mengatur masalah pemerintahan, ekonomi, permasalahan rakyat, bahkan tata cara perdagangan dan perlindungan rakyat, serta itu sudah terbukti nyata serta merupakan Fakta dan Realita.

Artikel Terkait:

0 comments on Antara Israel, SBY dan Pisang Goreng :

Post a Comment and Don't Spam!